
Halo, Sahabat
Sudah menikah lama tapi kok belum punya anak? Pertanyaan itu pasti sering diajukan kepada sepasang suami istri yang sudah lama menikah, tetapi belum juga dikaruniai keturunan. Saya pun pernah mengalaminya. Saat baru menikah, saya tidak langsung hamil. Setiap ketemu dengan orang, entah keluarga atau bukan, mereka pasti menanyakan apakah saya sudah hamil atau belum. Sampai saya lelah menjawabnya. Hahaha
Alhamdulillah saya memiliki suami yang sangat pengertian. Beliau tidak memaksa saya untuk segera hamil dan punya anak. Meski demikian tekanan tetap saja ada dan datangnya dari ibu saya. Beliau menyarankan saya untuk pijat ke dukun bayi, periksa ke dokter, dan lain-lain. Harapannya supaya saya cepat hamil. Tapi karena membaca beberapa artikel yang tidak menyarankan untuk pijat ke dukun bayi, akhirnya saya mengurungkan niat.
Yang menjadi ganjalan saya sebenarnya adalah ketika masyarakat kita membebankan tanggungjawab kehamilan kepada pihak istri. Padahal, kan sebenarnya sebuah kehamilan adalah ‘kerjasama’ dari dua pihak, yaitu suami dan istri.
Banyak saya temui di masyarakat bahwa wanita sering dituduh mandul apabila sepasang suami istri tak segera memiki keturunan. Sangat jarang sekali, bahkan bisa dibilang tidak ada yang menuduh laki-laki sebagai pihak yang mandul ketika mereka tidak memiliki keturunan. Hanya karena rahim ada dalam tubuh wanita, bukan berarti ‘tanggungjawab’ kehamilan hanya ditanggung oleh wanita, kan?
Sepertinya hal ini terjadi karena budaya patriarki yang ada di masyarakat. Bahwa kehamilan, mengurus anak, mengurus rumah, memasak adalah tugas istri. Hal ini harus diluruskan. Hamil, memang adalah tugas istri karena rahim ada dalam tubuhnya. Sementara membuahi adalah tugas suami. Mendidik anak, mengurus rumah, dan hal-hal lain seharusnya menjadi tanggungjawab berdua.
Semoga ke depan akan semakin banyak masyarakat yang berpikiran terbuka, dan tidak hanya menyalahkan istri bila keturunan tak jua hadir dalam rumah tangga. Menurut saya, kehamilan adalah rahasia Allah. Kita hanya bisa berusaha dan berdoa, Allah-lah yang akan meniupkan ruh keturunan ke dalam rahim kita atas kehendakNya.
Saya jadi ingat kisah seorang teman. Beliau sudah menikah selama lebih dari sepuluh tahun tetapi belum juga memiliki keturunan. Hmmm… Seperti sebuah lagu, ya. Tapi bukan, kok. Ini benar-benar kisah nyata. Segala upaya sudah dilakukan oleh teman saya dan pasangannya. Bahkan lebih dari sekali mereka mengikuti program bayi tabung. Tetapi upaya-upaya itu masih belum berhasil. Hingga karena sesuatu hal akhirnya mereka memutuskan untuk berpisah. Beberapa tahun setelah perpisahan, masing-masing mereka akhirnya menemukan jodoh lagi dan menikah. Kabar baik pun datang dari mereka berdua. Mereka sudah memiliki anak dari pernikahan keduanya dengan pasangan masing-masing.
Menurut saya, kisah ini sungguh luar biasa. Betapa kita sebagai manusia memang tak bisa menentukan kapan akan memiliki keturunan. Semua ditentukan oleh Allah.
Di titik ini, saya dan suami mulai bisa menerima kondisi. Kami sudah pernah mengikuti program kehamilan tetapi belum berhasil. Sungguh bukan hal yang mudah untuk kami selama mengikuti program kehamilan. Pasangan yang sudah pernah mengikuti program serupa pasti tahu perjuangannya.
Saat ini kami tak lagi mengikuti program ini. Bukannya menyerah, tapi hanya ingin sejenak memberi jeda bagi psikologis kami. Kami masih berusaha dan pasrah kapanpun Allah memberi kepercayaan kepada kami.
Untuk teman-teman yang saat ini belum memiliki keturunan, jangan putus asa. Tetaplah saling bergandengan tangan bersama pasangan. Perjuangan ini tak bisa dilakukan hanya satu pihak saja. Suami dan istri harus berjuang bersama, dan melangkah bersama. Suatu saat pasti akan tiba saatnya kita menimang buah hati. Allah lebih tahu saat yang tepat. Tetap semangat dan berbahagia, ya.
Salam